Ibu guru menganggap totto-chan nakal, padahal gadis cilik itu hanya punya rasa ingin tau yang besar. Itulah sebabnya ia gemar berdiri di depan jendela selama pelajaran berlangsung. Karena para guru sudah tak tahan lagi, akhirnya dia dikeluarkan dari sekolah.
Sebenarnya Tooto-chan adalah anak yang baik. Ia baik hati kepada siapa saja khususnya pada kawan2nya yang punya cacat tubuh seperti si Yasuaki-chan, ia berani berkelahi dengan anak yang jahat, walaupun akhirnya ia menangis. Totto-chan juga bersedia melakukan apa saja untuk merawat binatang terluka yang ditemukannya. Totto-chan sering ditimpa masalah karena ingin memuaskan rasa ingin tahunya begitu menemukan sesuatu yang tidak biasa.
Mamanya pun mendaftarkan ke Tomoe Gakuen. Totto-chan girang sekali, di sekolah itu murid2 belajar di gerbong kereta yang dijadikan kelas. Ia bisa belajar sambil menikmati pemandangan luar gerbong dan membayangkan sedang melakukan perjalanan. Banyak hal2 mengasyikkan yang dilakukan di Tomoe. Selain belajar fisika, berhitung, musik, dan bahasa, mereka belajar berkebun, memasak bersama di Todoroki keikoku(air terjun), berkemah, mencari kayu bakar, kunjungan ke rumahsakit yang merawat serdadu2 yang terluka, sawakai (jamuan minum teh), dll.
Di Tomoe Gakuen murid boleh mengubah urutan pelajaran sesuai keinginan mereka. Ada yang mulai dengan pelajaran fisika, ada yg mendahulukan menggambar, ada yang ingin belajar bahasa. Pokoknya sesuka mereka. Lantai aula menjadi papan tulis bagi mereka, yang bebas untuk dicoret.
Mereka yang akan membersihkan sendiri. Karena sekolah itu begitu unik, maka totto-chan kerasan.
Tomoe didirikan oleh Mr. Koobayashi, dia merangkap sebagai kepala sekolah sekaligus Guru bagi murid2nya. Di sekolah dasar biasa, guru yang mengajarkan sesuatu pada murid2 harus mempunyai ijazah guru, tapi di Tomoe tidak. Menurut Mr. Koobayashi, anak2 lebih baik belajar sesuatu dan langsung mengerjakannya, dari orang yang tak perlu memiliki ijazah. Pengetahuan bisa diperoleh dari pengalaman. Mr. Koobayashi meminta bantuan seorang petani di tinggal di dekat Tomoe untuk mengajari anak2 bercocok tanam, mencangkul, mencabuti rumput, menanam benih, dan merawat tanaman mereka.
Anak-anak Tomoe belajar bahasa Inggris dari Miyazaki, murid baru dari Amerika. Di Jepang sangat jarang yang bisa berbahasa Inggris. Di sekolah biasa, murid2 tidak diajarkan bahasa inggris, karena Amerika dianggap sebagai musuh.
Di Tomoe mereka belajar berlatih drama. Drama yang mereka pelajari bukanlah drama sejenis kabuki – drama nasional jepang seperti yang biasa dipelajari di sekolah lainnya, melainkan drama yang mereka buat dengan skenario sendiri.
Selain itu anak2 di Tomoe juga belajar euritmik, yaitu olahraga yang menghaluskan mekanisme tubuh, olahraga yang mengajari otak cara menggunakan dan mengendalikan tubuh, olahraga yang memungkinkan raga dan pikiran memahami irama. Tujuan euritmik adalah menghasilkan kepribadian ritmik, utk melatih pikiran, keseimbangan pikiran dan tubuh, keselarasan jiwa dan raga, imajinasi dan kreativitas.
Walaupun belum menyadarinya, di Tomoe Totto-chan tidak hanya belajar fisika, berhitung, musik, bahasa, dll. Disana Ia juga mendapatkan banyak pelajaran berharga tentang persahabatan, rasa hormat dan menghargai orang lain, serta kebebasan menjadi diri sendiri.
———————-
Totto-Chan Gadis cilik di Jendela, diambil dari kisah nyata yang dialami Totto-chan, nama kecil Tetsuko Kuroyanagi tentang kenangan ketika bersekolah di Tomoe. Tomoe kini tinggal kenangan, hangus terbakar karena dibom ketika perang Asia Pasifik. Buku ini ditulis untuk mengenang Tomoe yang dari sana telah lahir orang2 hebat.
Setelah baca buku ini, jadi terfikir pingin buat sekolah sendiri yang gratis
perpaduan antara sekolah alam, sekolah Islam terpadu dan Tomoe.
Kapan ya?
Semoga bisa menjadi kenyataan..